BENINGNYA HATI
Orang Jawa pada zaman dahulu kala gemar berolah jiwa, suluk adalah istilah mistikisme Jawa yang bertujuan untuk memperoleh hubungan langsung antara manusia dengan Tuhannya.
Suluk berasal dari bahasa Arab, salaka yang artinya “berjalan”, sedangkan “orangnya” disebut salik. Jadi suluk berarti “berjalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan”, kalau sudah dekat akhirnya manusia akan bersatu dengan Tuhan.
Bagaimana supaya dekat dengan Tuhan?
Perilaku kita harus meniti “Jalan yang lurus”, secara matematika garis lurus adalah “jarak terdekat untuk menghubungkan dua titik”, makanya Islam, di dalam Surat Al Fatihah disebutkan “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”.
Dengan mengasingkan diri menjadi pertapa, bersemedi, diidentikkan dengan laku untuk mencapai kepada Tuhan, namun makna yang sebenarnya adalah untuk mendekatkan diri atau bahkan untuk menyatu dengan Tuhan, kita tidak perlu mengasingkan diri ke tempat-tempat yang sepi. Justru yang paling susah adalah “mangasingkan diri di tempat yang ramai” atau biasa disebut “TOPO NGRAME”. Kalau di tempat sepi kita ingat Tuhan adalah suatu hal biasa dan mudah, namun ketika kita dalam suatu pesta yang “hingar bingar”, penuh suka cita, dan kita masih ingat dengan Tuhan adalah sesuatu yang hebat dan sukar untuk dilakukan.
Ajaran Hindhu - Budha menyebutkan, menyepi adalah “menghilangkan kemelekatan duniawi”.
Ajaran Katolik yang melalui Isa Al Masih atau Yesus juga mengajarkan bahwa “Tidaklah mungkin seorang hamba mengabdi kepada dua tuan, jadi kehendak Tuhan adalah manusia harus meninggalkan keduniawian agar di dalam hidupnya selalu ingat akan Tuhan”
Inilah yang disebut “menyepi”. Buat apa tinggal di gua yang sunyi kalau hatinya tidak ingat akan Tuhan? Bersemedi menghadap Tuhan kenapa perlu sepi? Justru ketika kita sedang mengendarai mobil, waktu makan di restoran, dan di manapun kita berada, kita haras selalu ingat akan Tuhan. Bila setiap detik kita selalu ingat akan Tuhan, itulah yang disebut dengan Sholat DAIM, dimana kita tidak pernah terlewatkan ingat akan Tuhan.
Sembah raga atau Syariat
Hukum yang harus dilakukan ketika kita masih memiliki raga. Karena dengan raga inilah alam ini diatur. (Sholat dengan melakukan gerakan).
Sembah Kalbu atau Tarekat
Tarekat dalam bahasa Arab juga berarti jalan atau Thoriqot. Sholat tidak akan bermakna kalau hanya gerakan raga, tetapi Sholat kalbu/hati adalah sulit dan perlu latihan serta pemahaman khusus. Sebagai sarana latihan adalah Sembah Raga yang Sholatnya masih menggunakan gerakan raga. Sholat kolbu adalah khusus laksana meditasi, tanpa kolbu maka sholat raga (Syariat) hanyalah laksana gerakan jasmani yang tidak berefek.
Saya ambil contoh antara “olah raga” dan “kerja keras”.
Ternyata efek bagi kesehatan juga berbeda. Kalau kuli yang mengangkat benda berat, meski secara otot kuat, tetapi secara jasmani belum tentu memiliki efek kesehatan. Namun kalau olah raga, karena hati dilandasi oleh “niat” dan suka rela tanpa terpaksa, maka olah raga memiliki efek bugar kepada badan. Demikian pula Sholat Raga, ketika dilakukan dengan terpaksa dan rutinitas tanpa “kesadaran” sejati maka efek secara rohani sama saja.
Sembah Jiwa atau Hakikat
Ketika Sholat sudah disertai dengan kolbu, maka makna Sholat yang sebenarnya akan terasa. Hakikatnya Sholat akan berpengaruh, yaitu kita sadar bahwa kemanapun kita pergi selalu berhadapan dengan Allah, selalu dipandang oleh Allah. Maka ketika seorang gembala diminta menjual kambing milik tuannya oleh Khalifah Umar, gembala menolak dengan alasan “takut dilihat Allah”. Ketika orang sudah Sholat tetapi masih berbuat salah , maka Sholatnya masih sampai Sholat Raga (Syariat).
Sembah Rasa atau Ma’rifat. Untuk mencapai (Marhabbah)
Sembah Rasa atau Ma’rifat artinya mengetahui. Jadi dalam Sholat Ma’rifat kita sudah mengetahui bahwa kita sudah menyatu dengan Tuhan. Inilah tingkat tertinggi yang diajarkan oleh Syech Siti Jenar oleh Isa Al Masih bin Maryam, oleh Al Hallaj dan semua orang-orang ma'rifat lainnya.
“AKU” itulah kalau kita sudah menyatu dengan Tuhan. Sehingga gerak-gerik kita dan perilaku kita adalah sesuai dengan kehendak Tuhan. Apa yang Tuhan perintahkan kepada kita? Jawabnya yaitu MAHHABAH (bukan MARHABBAH). Mahabbah itu artinya adalah CINTA KASIH, inilah ajaran tertinggi dalam beragama, agama apapun itu.
Pelaku akan selalu eling (ingat), membangkitkan rasa pangrasanya, memanusiakan manusia, dan juga memanusiakan alam tanpa menghakimi satu sama lain karena di dalam hatinya hanya ada satu kalimat yaitu MAHABBAH (cinta kasih).
Seperti simbol SEMAR dalam ajaran atau kepercayaan Wong Jowo yang berarti SEMAR adalah samar kurang jelas. Semar memiliki nama asli ISMAYA atau MAYA yang berarti juga samara atau kurang jelas. Jadi kalau kita mau menjadi ksatria, kita harus menjadikan diri kita “samar/maya” atau istilah sufinya adalah fana atau hilang. Hilangnya rasa AKU yang ada hanyalah KEHENDAK TUHAN.
mantab.....
BalasHapusBagus utk pedoman urip ....
BalasHapusIntinya .... SELALU ELING
eling marang kang gawe Urip
Tansah ngucap Bismillah Alhamdulillah Allahu Akbar ....
Ilange rasa Aku ....